Kepemimpinan Ekklesia (Kepemimpinan Terpanggil).



Paulus menuliskan surat-suratnya kepada kelompok-kelompok kecil orang yang dikenalnya secara pribadi, yaitu Timotius, Titus, dan Filemon. Paulus juga menulis surat-surat kepada kelompok-kelompok besar pembaca, seperti jemaat di Roma, Korintus, dan Galatia. Surat-surat ini memberikan wawasan tentang mengapa pemimpin itu ada. Dia juga menambahkan wawasan tentang pengetahuan, keahlian, dan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan pemimpin-pemimpin saat ini.
Ketika mempelajari surat-surat Paulus kepada Roma, Korintus, Galatia, Tesalonika dan Filemon, maka akan nampak suatu pokok yang tidak dapat hindari oleh jemaat adalah kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan atau yang disebut dengan kepemimpinan gereja. Gereja adalah persekutuan yang dipanggil Yesus Kristus yang perlu dipimpin sesuai dengan kepemimpinan Yesus.
Paulus mengemukakan ciri-ciri kepemimpinan yang efektif yaitu kepemimpinan berdasar rasa belas kasihan, kesadaran diri, kebenaran oleh iman, komitmen, dan komunitas. Belas Kasihan melalui Kesatuan Rohani. Orang-orang Kristen Yahudi di dekat Yerusalem berada di tepi jurang kelaparan. Paulus menyebut mereka sebagai "orang-orang saleh yang miskin di Yerusalem" (Roma 15:26). Paulus mengumpulkan persembahan untuk orang miskin, dan ia mendesak pertanggungjawaban orang Kristen untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dia mencari kesempatan bagi orang-orang Kristen non-Yahudi untuk menjangkau dengan belas kasihan serta untuk menunjukkan kesatuan rohani.
Paulus melalui suratnya menekankan secara langsung adanya kebutuhan dana sebagaimana yang dipaparkan dalam Roma 15:25-26; 1 Korintus 16:1; 2 Korintus 8:1-9:15. Dalam suratnya kepada jemaat Korintus, Paulus memperluas seruannya yaitu menggambarkan upah dari memberi yaitu bahwa  "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." (2 Kor. 9:6), Paulus menunjukkan bahwa kemurahan hati membawa keuntungan bagi pemberi karena persembahan bisa berfungsi sebagai penyembahan kepada Tuhan dan menolong orang lain menghayati kasih Allah.
Kepemimpinan yang berbelaskasihan, yaitu kepemimpinan yang bertindak  untuk kepentingan para pengikut, rekan, serta organisasi yang dipimpinnya. Para pekerja bersedia bekerja semaksimal mungkin untuk pemimpin yang memimpin dengan berbelas kasihan..
Para pekerja pun dapat merasakan dukungan untuk mereka. Sebagai balasannya, mereka terdorong untuk memberikan dukungan penuh mereka. Pemimpin seperti ini memampukan bawahan-bawahannya untuk memberikan yang terbaik melalui teladan mereka.
Kesadaran Diri yaitu kepercayaan diri dan kesadaran diri akan menguatkan pemimpin Kristen. "Pertama-tama pemimpin perlu menciptakan kedamaian dalam kehidupannya sebelum dia berhasil menciptakan kedamaian dalam organisasinya. Para pemimpin perlu bersedia mempelajari nilai-nilai yang mereka anut dengan cermat serta cara mereka yang bisa menggerakkan organisasi mereka menuju visi yang kukuh.
Para pemimpin yang efektif memimpin dengan sebuah tujuan, bukannya "berlari seperti orang yang tanpa tujuan" (1 Korintus 9:26-27). Menurut pandangan Alkitab, hal ini mengatakan bahwa setiap orang percaya hidup untuk tujuan-Nya, bukan tujuan dirinya sendiri. Sebagai orang-orang Kristen, p0erlu diketahuyi bahwa kebutuhan orang percaya  akan Kristus akan membawa seseorang melampaui kegagalan-kegagalannya sehingga ia dapat bertumbuh semakin efektif.
Pernyataan Paulus dalam Roma 14:1-2, menegasakan bahwa orang-orang Kristen tidak perlu saling setuju dalam segala hal berkenaan dengan kehidupan Kristen. Paulus melanjutkannya dengan menjelaskan perbedaan antara orang Kristen yang kuat dan lemah. Dalam usahanya untuk menjelaskan peranan kebhinekaan dalam keseluruhan rencana Allah tentang penebusan, Paulus memberikan contoh bahwa pemahaman Injil yang benar membuat orang Kristen yang kuat mengerti bahwa pola makanan tidak memengaruhi kehidupan rohaninya. (bnd. Rom 14:2; Kolose 2:16).
Kebenaran oleh Iman dipakai sebanyak 27 kali, sebagian besar terdapat dalam surat Paulus kepada jemaat Roma dan Galatia. Istilah ini menggambarkan apa yang terjadi ketika seseorang percaya kepada Kristus sebagai Juru Selamatnya. Paulus menekankan dua ide yang berbeda. Pertama, tidak ada orang yang hidup menjalani kehidupan yang sempurna, "Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24)
Komitmen untuk Bertumbuh yaitu seorang peemimpin gereja percaya bahwa manusia memunyai nilai harkat yang melebihi kontribusi nyata mereka sebagai pekerja. Oleh sebab itu, para pemimpin gereja peduli dengan pertumbuhan pribadi, pekerjaan, serta kerohanian setiap dan semua individu dalam organisasi masing-masing. Jika kepemimpinan dapat dikembangkan, maka perlu mencari cara untuk mengembangkannya. Dengan melakukannya, maka seorang dapat menyiapkan diri untuk pelayanan yang lebih besar yang mungkin ada di sekitar orang percaya. Penegasan dalam Roma 12:1 juga berlaku bagi seorang pemimpin gereja yaitu serang pemimpin gereja dapat melakukan firman ini: "persembahkanlah tubuhmu sebagai kurban hidup, suci dan berkenan pada Allah. Itulah ibadat rohani yang sesuai dengan budimu.".
Hal yang perlu dilakukan adalah doronglah diri sendiri untuk memimpin, sebab firman Tuhan menyatakan: "jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. ...; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; ...." (Roma 12:8) Ayat ini memberi dorongan untuk melaksanakan kepemimpinan gereja dengan sepenuh hati.
Membangun Komunitas. Dalam 1 Korintus 1:10-13  menegaskan dua hal penting yaitu kesatuan dalam pikiran dan tujuan. Sedapat mungkin usahakanlah supaya tidak terjadi perpecahan dalam komunitas gereja. Pemimpin gereja perlu mencari jalan untuk membangun komunitas yang solit di antara orang-orang yang bekerja dalam sebuah organisasi gereja. Maksud Paulus yaitu satu tubuh yang bekerja bersama-sama. Paulus juga menggambarkan komunitas sebagai satu kesatuan dengan menyatakan: "andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? ... mata tidak dapat berkata kepada tangan: 'Aku tidak membutuhkan engkau'...." (1 Korintus 12:19-21) Bisakah kita bertahan hidup tanpa tangan? Ya, tetapi kita perlu menyesuaikan diri dengan tangan palsu kita atau menemukan cara lain untuk mengambil barang-barang. Walaupun tubuh kita tidak akan lengkap tanpa tangan, namun tubuh masih akan dapat bertahan. Namun sebaliknya, tangan terkuat pun tidak akan berguna tanpa tubuh. Jadi kesatuan dalam sebuah komunitas ekklesia itu sangat penting.
Ekklesia yang berbeda-beda seperti ekklesia Korintus menyadari perbedaan-perbedaan di dalam gerejanya. Inilah sebabnya surat-surat Paulus menekankan persoalan-persoalan tentang kesatuan suatu komunitas, dan dalam satu kesatuan komunitas itulah butuh "Kepemimpinan Terpanggil"

Salam Ekklesia







0 Response to "Kepemimpinan Ekklesia (Kepemimpinan Terpanggil). "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel