Refleksi Teologis Kepemimpinan Entrepreneurship

Refleksi teologis tentang pengertian entrepreneurship yang menekankan pada aspek “kreativitas” dan “inovasi” sebagai solusi mengatasi masalah dalam kehidupan manusia. Dalam refleksi teologis Kristen, entrepreneur Kristen diartikan kreativitas dan inovasi yang dimotovasi oleh kasih dan disediakan khusus untuk melayani sesama dalam mengatasi masalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab. Artinya entrepreneur tidak dapat dipisahkan dari kesaksian Alkitab. Akan tetapi Alkitab bukan kitab khusus tentang entrepreneur, melainkan firman Allah. Firman Allah adalah benar, oleh karena benar maka gagasan tentang entrepreneur ada dalam Alkitab. Kata entrepreneur tidak akan ditemukan dalam Alkitab tetapi ide dan praktik tentang entrepreneur disaksikan dalam Alkitab. Alkitab tidak memakai kata entrepreneur, Alkitab memakai kata ‘segambar dan serupa’. Oleh karena manusia dicipta segambar dan serupa dengan Tuhan, maka ada pada manusia kemampuan kreatifitas dan inovatif. Narasi teks Kejadian 1:27, dan 2:15 menegaskan potensi entrepreneur dan perwujudan entrepreneur dalam diri manusia. Tuhan menempatkan manusia di taman Eden untuk kreatifitas dan inovasi, perhatikan kata: pelihara dan usahakan dalam Kejadian 2:15.
Menurut Brian Baugus, “entrepreneurship is a creative act made possible by the creative impulse that God gave us. In addition, it requires certain personal traits that God desires us to have”. (http://blog.tifwe.org ) Artinya, kewirausahaan adalah tindakan kreatif dimungkinkan oleh dorongan kreatif yang diberikan Allah kepada manusia/orang percaya. Selain itu, memerlukan sifat-sifat pribadi tertentu bahwa Allah menginginkan orang percaya untuk memilikinya.
Brian Baugus, melanjutkan pendapatnya dengan menyatakan:
Scripture contains several cases of entrepreneurship, but we must first make sure that we are using the proper definition of the word. Entrepreneurship is a creative act that brings higher levels of satisfaction to people, results in more order, and finds ways to create greater value than existed before.( http://blog.tifwe.org),

Artinya, Alkitab berisi beberapa kasus kewirausahaan, tapi pertama-tama kita harus memastikan bahwa kita menggunakan definisi yang tepat dari kata. Kewirausahaan adalah tindakan kreatif yang membawa tingkat kepuasan kepada orang-orang, menghasilkan lebih ketertiban, dan menemukan cara untuk menciptakan nilai lebih besar dari yang ada sebelumnya.
Tomatala memakai istilah entrepreneur rohani untuk membedakan dengan entrepreneur umum. Entrepreneur rohani dalam konteks pembahasan Tomatala dalam bukunya yang berjudul Spiritual Entrepreneurship Anda juga bisa menjadi entrepreneur rohani tidak lain adalah entrepreneur Kristen.
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa Jalil memakai kata entrepreneurship dan diberi makna rohani dalam perspektif Islam. Namun dalam pembahasan ini tidak dikemukakan pengertian enterpreneurship dalam perspektif Islam. Point yang hendak ditegaskan disini yakni bahwa pengertian entrepreneur tidak hanya dibatasi dalam bidang ekonomi (bisnis, wirausahan yang berorientasi pada bisnis, pengusaha di perusahaan) tetapi kata entrepreneur dapat diberi arti rohani atau dalam perspektif agama seperti Agama Kristen (entrepreneur Kristen).

0 Response to "Refleksi Teologis Kepemimpinan Entrepreneurship"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel